Gagasan keliru tentang bagaimana kita memandang sesuatu seringkali jadi hambatan besar di tempat kerja. Banyak orang tak sadar kalau metode berfikirmu punya dampak pada pencapaianmu serta peningkatan profesi. Tak disadarinya, seseorang dapat mudah terseret ke dalam pemikiran yang mengekang kemampuan diri sendiri. Ini semua pada akhirnya mencegah pertumbuhan dan pencapaian target karier mereka.
Penting untuk mengenali dan menghindari pola pikir negatif yang bisa menghambat kemajuan diri. Berikut adalah beberapa
pola pikir
yang perlu dihindari agar kariermu dapat terus berkembang dan mencapai puncak kesuksesan. Yuk, simak!
1. Berpikir hitam-putih
Gaya berpikir ini mengubah pandangan Anda tentang dunia pekerjaan menjadi sangat hitam-putih; baik Anda mencapai kesuksesan luar biasa atau jatuh dengan keras. Saat segala sesuatunya tak berlangsung seperti yang diharapkan, Anda cenderung merasa diri sendiri tidak mampu dan yakin bahwa masa depannya suram. Namun demikian, kegagalan sederhana merupakan hal umum dalam petualang menuju pertumbuhan pribadi.
Berpikir hitam-putih membuatmu menutup mata terhadap peluang belajar dari kesalahan. Kamu jadi cepat menyerah hanya karena satu hasil yang tidak sesuai ekspektasi. Padahal, perkembangan karier seringkali dibangun dari keberhasilan kecil yang terus diperbaiki.
2. Berpikir berlebihan
Sebagian orang memiliki tendensi untuk mengeksploitasi persoalan-persoalan ringan atau secara cepat membentuk kesimpulan negatif tanpa adanya bukti yang kuat. Sebagai contoh, saat di hadapkan pada hambatan-hambatan kecil dalam sebuah projek, seseorang bisa saja merasakan bahwa segalanya akan menjadi bencana besar atau sang bos sangat kecewa, meskipun hal tersebut belum tentu benar. Sifat ini dapat menyulitkan pemikiran logis Anda serta pengambilan keputusan yang bijaksana.
Apabila dibiarkan begitu saja, mindset seperti itu dapat mendorong stres ekstra, mengurangi kepercayaan diri, serta merenggangkan tali dalam pekerjaan. Kau malahan akan terlampau risih dengan perkara-perkara yang belum pasti bakal datang, bukannya berusaha untuk mendapatkan penyelesaian konkret. Dimulai dari kini, biasakanlah dirimu sendiri untuk melakukan verifikasi fakta sebelum membuat kesimpulan apa pun, dan pahami jika tak segala persoalan pantas dibesar-besarkan menjadi musibah luar biasa.
3. Mengabaikan keberhasilan kecil dan terlalu fokus pada kekurangan
Pola pikir ini muncul ketika kamu cenderung memperbesar kekurangan dan mengabaikan pencapaian yang sudah diraih. Akibatnya, kamu merasa tidak pernah cukup baik, meskipun banyak hal positif yang telah kamu lakukan. Pandangan ini bisa membuatmu kehilangan motivasi dan merasa terus gagal, padahal kenyataannya tidak demikian.
Merestujudkan pencapaian-pencapaian kecil tidak sama dengan bersikap puas, melainkan mengapresiasi kemajuan yang sudah diperoleh. Hal ini krusial guna mengekalkan motivasi serta membentuk rasa percaya diri. Dengan mencermati tiap-tiap pergerakan positif, betapapun kecilnya, Anda akan merasa makin termotivasi untuk terus bertumbuh.
4. Menyalahkan orang lain
Jika Anda mengalami kegagalan, segera mencari alasan di luar diri sendiri, misalnya pada bos, tenggat waktu, tim, atau kondisi ruang kerja. Mungkin saja yang kurang adalah persiapan pribadi Anda. Bila pola pikir tersebut berlanjut, peluang untuk pertumbuhan dan perkembangan bisa hilang dikarenakan ketidakrelaan dalam melakukan refleksi diri.
“Kehidupan ini ialah 10% tentang apa yang terjadi dan 90% mengenai bagaimana kita bereaksi atas kejadian tersebut. Namun, individu dengan mindset sebagai korban cenderung bertindak secara membataskan dalam hal respons mereka. Mereka lebih senang saling menyalahkan, mencari-cari dalih, serta yakin pada dirinya sendiri bahwa kesuksessannya tak mungkin dicapai,” ungkap David A. Naylor, Presiden sekaligus CEO dari Rayburn Electric Cooperative, seperti dikutip.
Forbes
.
Gaya pemikiran seperti itu dapat menyebabkan perasaan bahwa Anda tak memiliki kontrol atas jalannya karier di masa mendatang. Hal tersebut mendorong sikap pasif dalam menanti situasi membaik tanpa upaya untuk melakukan peningkatan diri. Di sisi lain, jika Anda mau bertanggung jawab, maka akan ada kesempatan untuk belajar dari setiap pengalaman serta menjadi lebih terampil dalam mengantisipasi hambatan selanjutnya.
5. Perfeksionisme yang melumpuhkan
Gaya berpikir perfeksionis cenderung menyebabkan orang merasa bahwa hanya capaian tanpa cela yang pantas dihargai. Terlalu menekankan pentingnya kelengkapan bisa membawa Anda terjebak dalam lingkaran tak bernilai, dengan pengeluaran waktu ekstra untuk mengoreksi bagian-bagian halus yang sesungguhnya kurang vital. Dampaknya, pekerjaan jadi telat diselesaikan dan semangat produktivitas perlahan lenyap.
“Para orang sukses mengerti cara menggunakan waktunya secara efisien. Mereka tak selalu mencari keperfectionan atau berupaya menjadi nomor satu, melainkan lebih cenderung pada penyelesaian tugas dengan melakukan apa pun yang diperlukan,” ungkap LaRae Quy, pakar ketahanan mental serta mantan agen FBI tersebut dikutip demikian.
Business Insider
.
Di samping itu, perfeksionisme ekstrem dapat mengecilkan kepercayaan diri sebab Anda selalu merasa hasil kerja Anda tak pernah benar-benar memadai walaupun telah berjuang dengan penuh usaha. Ini menyebabkan enggannya Anda menghadapi tantangan atau menjajaki peluang baru yang mungkin saja mendukung kemajuan karir. Memahami bahwa kesalahan merupakan komponen penting dalam perkembangan diri akan membantu meningkatkan efisiensi serta pertumbuhan profesional Anda.
6. Takut terlihat ambisius
Ketakutan untuk tampak terlalu ambisius sering kali menyebabkan individu menjadi bimbang dalam menceritakan visi atau aspirasi profesional yang lebih besar kepada orang lain. Kecemasan ini datang dari rasa takut dilihat sebagai pribadi yang terlalu sombong atau memiliki hasrat yang melampaui batas, hal tersebut dapat menciderai dinamika pekerjaan. Sebagai hasilnya, banyak yang memilih untuk tetap tenang dan menjauhi tindakan-tindakan yang dapat mendukung percepatan perkembangan kariernya.
Sebetulnya, rasa takut tampak terlalu ambisius bisa membatasi pertumbuhan profesi Anda. Jika tidak menyatakan ambisi tersebut, kemungkinan besar akan melewatkan kans untuk naik jabatan atau mendapat tugas tambahan walaupun secara teknis telah siap. Anggaplah ambisi itu adalah elemen penting menuju sukses, bukannya hal yang harus ditutup-tutupi. Sikap ini dapat membuat Anda menjadi lebih yakin dan berfokus pada aspirasi karir.
Menghindari
pola pikir
Yang merugikan tidak cuma berkaitan dengan perilaku, melainkan juga tentang langkah-langkah signifikan untuk menstabilkan arah perkembangan karier agar selalu positif. Dengan menyadari serta mengerjakan perubahan dalam cara pandang yang membatasimu, akan ada jalan baru bagi pertumbuhanmu menuju keberhasilan. Penting diingat bahwa sukses bermula dari pemikiran yang baik dan terbuka lebar.